Monday 20 October 2014

Sheikh Zoubir (2): Signs of the Judgement Day - Al-Masih Ad-Dajjal

Alhamdulillah mulai minggu lalu, kuliah Zuhr yang biasa diadakan di Fakulti Perubatan UiTM telah di sambung. 

Penceramah yang didatangkan khas dari UIA iaitu Sheikh Zubair, berkongsi ttg Dajjal. 

Oleh kerana kuliah diadakan di dalam bahasa  Inggeris , saya turut sampaikan dlm bahasa yang sama ya. Semoga mendapat manfaat & silalah rujuk Kitab-Kitab hadith untuk mencari perawi hadith- hadith ini in shaa Allah


-Al-Massih Ad-Dajjal -

Signs of day of judgement 

Al-Masih Al-dajjal : anti-Christ 

All minor signs that has been mentioned by Rasulullah SAW, has been witnessed 

Now are the major signs are very near 

Alamatus sa'ah (signs of the day) 

Minor signs 
1) Rasulullah 
2) change from khalifah to monarch ( and in the end will change back to Khalifah) 
3) spread of riba 
4) changes of male to female & acknowledgement by Muslims eg pondan, Mak Andam  etc 
5) high rise building 

Rasulullah asked us to seek refuge from Allah from Al-masihuddajjal 
- Rasulullah mentioned about dajjal every Friday to the sahabah 

The description of Dajjal
- a man (from the prodigy of Adam AS)
- big body 
- dark face (not white or black) 
- curly hair & red
- the red eye like a grape & blind
- on his forehead "kafir"
- beard coming out towards people 
- his leg opposite one another (weird) 
- walks like a duck (waddle) 
- voice from his nose 
- he doesn't have children 

Is he born already? 
Already born & handcuffed & hidden somewhere (authentic hadith) 
- born to weak parents , got him at old age (30years of marriage) 
- father is tall & has long nose 
- mother is weird, big chests  & long hands 

Is he mentioned in the Quran? 
Yes but not in name 
- Surah al-An'am 158 (the sign is the dajjal) 
- once dajjal appear,( the major sign) the iman is off no use if you don't believe in Him before 


Where is he? 
- Fatimah bint Quwais narrated the hadith , she prayed behind Rasulullah & Rasulullah said, "sit down, don't leave, I have something to tell you. Sit at your place. I have no reason to call you except a Tamim Ad-dari (former nasrani) told me exactly what I have told you about dajjal. "

He (Tamim) went on a ship with 30 men from Lahm & Judain (tribes who lived near the sea). There was bad weather & they got lost 1 month in the sea. 

Then they found an island near Maghribi. They went into the island & found new creation (hairy, they cannot recognise the face or the back), they ask what are you? They said "I am the spy of the island. I am a spy of something big. Follow me, there is someone waiting eagerly for news (cuffed at the hands/ feet/knees/ neck). "We thought it was the syaitan so we were scared. We asked is this syaitan? Albeit feeling scared, we followed as we needed water. "

They entered the place. They saw the biggest human body (huge), we have seen him chained from his neck & feet. We asked him what happened to you. He answered, you have known about me. You told me first who you are? We answered, we got lost & found this place. He asked does the spy (jassasah) brought you? We answered yes otherwise we wouldn't know where to find you

Then he said "Tell me about the palm tree of Bisan (this place with the best dates)". 
Is it still giving fruit? 

Sahabah: Yes

Dajjal: Very soon that land will not give fruit anymore 

Then he said, tell me about the lake of Tabariah. Does it still have water? 

Sahabah: Yes 

Dajjal: Very soon it will lose the water ( the lake between Palestine & Jordan, drying 1 meter a year now) 

Then he said," Tell me about the spring of Zuhr, does it still have water & people still use it for agriculture? "

Sahabah: Yes

Dajjal: Soon no more (now that spring has indeed dried up)

Then he asked:
"Tell me about the Rasul of the the ummi "

They (sahabah) said, " he was in Makkah & then moved to Yathrib "

Dajjal: Does the arab fought him? 

Sahabah: Yes 

Dajjal: Did he win or lose? 

Sahabah: He won (Badr). 

Then he said: 
"If they (the arab) follow him, it's good for them" ( morale: even the enemy acknowledged Rasulullah) 

- end of the hadith-

Note: it is not impossible for Dajjal to be of big size as people of Ad & Thamud were also big. 

Makkah & Madinah is the only places Dajjal cannot enter. 
Dajjal's Army - there will be war. 
They will emerge, from the east of Makkah, sea of Iran. 

We can read more in the book titled : Tribulation of the day of judgement (Fitnah-fitnah qiamat)

Hadith: He will come from Khurasan, a city called Marru from the community of Jewish - not a normal jewish as he claim he is a prophet , later he claimed he is God
13,000 thousand women will follow him 
70,000 of Jewish of Iran will follow them. 

How does he impress people? 
He use magicians (bomoh), saharah (magic) 
He has a donkey - between the 2 ears is 40cm. (Huge) - doesn't listen except to him. 
- note: like Shrek with donkey 

He will enter each & every city. No city will take longer than 40 days for him to take over, he use black magic. 
You can only defense from black magic with Al-Quran (recite them aloud) 

Sign of Dajjal coming 
- comet hailey (star with long tail that travels) 
- rivers start drying up (no more water) even in Selangor!
- spread of famine & hunger 
- dry out of Tabariah lake 
- death of the land of Bisan 

He will use black magic to convince people 

Last note from Sheikh: People are not serious about religion nowadays
- can go for football match but not for Fajr prayers . Eg Kedah Vs Kelantan, the whole stadium will be filled but look at the masjid the following Fajr. 

Allahu alam... May we take these reminders seriously... and prepare ourselves in shaa Allah... 

Monday 6 October 2014

Aidiladha dalam memori : Antara Galway , Yogyakarta dan Hospital Selayang

Salam Aidiladha 1435H..

Hari ni hari ke dua umat Islam di Malaysia menyambut Hari Raya Qurban. Walaupun terdapat sedikit perbezaan hari dalam menyambutnya, di Mekah Aidiladha disanbut awal sehari iaitu pada 4 Oktober 2014, di Malaysia pada 5 Oktober, namun tetap disambut dengan meriah Alhamdulillah

Nostalgia Aidilfitri 2006, bersama Fatimah yang baru berusia 3 bulan

Hari Arafah pada tahun ini ternyata sarat dengan emosi. Jatuh pada hari Jumaat, bersamaan dengan hari Arafah semasa Baginda Rasulullah SAW menunaikan ibadah itu 1400 tahun yang lalu. Jika tahun lalu, kami di Arafah, tahun ini kami di tanahair, menonton dan merasai suasana wukuf melalui kaca television. Namun begitu, saya turut bersyukur diberi peluang olehNya untuk menjadi tetamu Allah bersama keluarga tahun lalu. Boleh baca kisah pengalaman kami menunaikan haji tahun lalu di sini:

Arafah yang Indah: Menjelang Hari Wukuf

Hari Arafah: Turunnya Allah SWT Bersama Para Malaikat

Dari Arafah Ke Muzdalifah

Semoga Allah pelihara hati dan diri saya dari sifat riak. Saya berkongsi pengalaman hanya untuk peringatan diri saya, agar sentiasa mengingati sempadan iman yang diletakkan bersama shahadah di padang Arafah, 9 Zulhijjah 1434H itu.

Hari Raya Qurban tahun ini, pada asalnya kami merancang untuk pulang ke Tampin dan Rembau sahaja, memandangkan cuti hanyalah satu hari dan suami perlu bekerja pada keesokkan harinya. Rupanya hati saya tidak kuat untuk tidak berjumpa dengan ibu tercinta pada hari lebaran. 

Malam 10 Zulhijjah, tatkala terdengan alunan takbir dari masjid terdekat di Kampung Seri Kendong, Rembau, air mata menitis mengingatkan kenangan-kenangan Aidil Adha yang lalu. 

2002 - Aidil Adha di Galway, Ireland..

Semasa itu saya dalam tahun 4 , iaitu tahun klinikal semasa dalam pengajian perubatan di National University of Ireland, Galway. 

Pagi Aidil Adha, tiada yang istimewa kecuali ada solat sunat Aidil Adha di dewan komuniti berdekatan rumah kami. Tiada acara masak-masak seperti sebelumnya di rumah kami malam raya itu, kerana masing-masing sibuk dengan aktiviti masing-masing. Tambahan pula Aidil Adha jatuh pada hari bekerja. Kami merancang untuk meraikan Aidil Adha hujung minggu nanti. 

Usai solat Aidil Adha, saya melangkah pulang dari Westside Centre itu ke rumah di Ardilaun Road. Teman-teman yang lain terus ke hospital untuk menghadiri "bedside teaching". Saya pula kebetulan tiada kelas hari itu. 

Melintasi pasaraya Aldi, iaitu pasaraya murah di sana, saya menyeluk poket. Hanya ada Euro 5. Mengenangkan tiada makanan istimewa di rumah, dan ketika itu adalah pagi raya, saya melangkah ke pasaraya tersebut. Hati berdetik, "Kalau biasiswa tak masuk minggu depan ni, mati aku. Duit memang tinggal ini sahaja." Alhamdulillah juga di rumah masih ada stok beras dan bahan mentah yang lainnya, jadi tidaklah sampai perlu berlapar selama beberapa hari. 

Di Aldi, ternyata dengan Euro 5, saya hanya dapat membeli sebungkus donat. Saya masih ingat, ada 5 ketul donat di dalam bungkusan itu. Sampai di rumah, saya membuat air panas dan membuka bungkusan donat itu, sendirian di rumah yang sunyi dan dingin. Ternyata donat juadah hari raya saya itu, keras dan tidak enak. Gugur jua airmata, dan saya berbisik dengan diri sendiri, " Aku mesti belajar bersungguh-sungguh. Suatu hari nanti, aku mahu menyambut setiap hari raya dengan makanan yang enak dan hangat. Tidak seperti donat yang keras dan sejuk ini. Dan aku akan sambut bersama kaum keluargaku, tidak sendirian seperti hari ini"

Pengalaman itu menyuntik semangat baru buat saya. Sejak itu Aidiladha bukan sekadar hari raya yang diraikan pada 10 Zulhijjah, tetapi hari raya meraikan pengorbanan yang telah dan pernah dilakukan untuk sampai di mana kita pada hari ini. Subhanallah ibrah dan pengajaran saya terima dari Allah, dari sepeket donut murah.

2005 - Aidil Adha dari Yogyakarta ke Muar

Julai  2005, saya yang sudahpun menamatkan "housemanship" di Ireland, membuat keputusan untuk menemani suami yang masih belajar di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.  Alhamdulillah pada Ogos tahun itu, saya hamil setelah 2 tahun menanti kehadiran cahaya mata, namun saya keguguran pada usia kehamilan 5 minggu. Apabila saya hamil semula 2 bulan kemudian, suami menjaga saya bagai menatang minyak yang penuh. Ujian hadir dalam bentuk mabuk atau morning sickness yang teruk, hinggakan setiap hari saya akan muntah 3 hingga 4 kali. Tiada makanan yang saya boleh makan tanpa muntah, namun saya memujuk hati agar sabar dan redha dengan ujian itu.

Tanggal Disember 2005, ketika usia kandungan menginjak 12 minggu, saya terpaksa pulang ke Malaysia untuk memperbaharui visa pelawat. Kebetulan ketika itu sekitar Aidiladha, jadi suami saya mengizinkan saya untuk pulang. Risau juga saya kerana usia kandungan masih awal, tetapi tiada pilihan. Suami pula terpaksa tinggal di Yogyakarta kerana tiada cuti. 

Alhamdulillah sepanjang penerbangan, semua berjalan lancar. Tiba di Malaysia, takbir sudah bergema kerana esok hari raya. Keletihan dengan perjalanan dan muntah-muntah yang tidak berhenti, saya tertidur malam itu. 

Keesokkan harinya, kami terus menunaikan solat sunat Aidiladha di masjid, tanpa menjamah apa-apa juadah kerana ingin mendapat pahala sunat. Pulang dari masjid, saya khuatir jika saya akan muntah lagi, apatah lagi Mama telah masakkan sup tulang kegemaran saya. Takut Mama kecil hati. Namun oleh kerana sudah lapar, saya gigihkan juga untuk makan. Tambahan pula, saya yakin Mama memahami keadaan saya. 

Subhanallah, Alhamdulillah selepas makan sup Mama yang enak, saya langsung tiada perasaan mual. Habis semangkuk, dan berjaya bertahan di dalam perut hingga ke tengahari. Seperti magik, morning sickness itu berakhir, umpama ada yang meletakkan "noktah" padanya. Mungkin ada ramuan khas yang Mama masukkan ke dalam sup itu. Atau mungkin kerana sup itu di masak atas dasar kasih sayang dan dicampur dengan doa-doa Mama buat anak perempuan sulungnya ini. 

2006 - Aidiladha di Hospital Selayang.

Alhamdulillah Fatimah, anak sulung kami selamat dilahirkan pada Julai 2006. Pada Oktober 2006, saya memulakan kerjaya sebagai doktor pelatih untuk bahagian Perbidanan dan Sakit Puan (O&G) di Hospital Selayang. Oleh kerana saya telah menamatkan bahagian Perubatan dan Pembedahan di Ireland, saya hanya perlu menjalani "housemanship" dalam bidang O&G ini selama 4 bulan, sebelum saya dinaikkan sebagai pegawai perubatan atau medical officer. 

Pada asalnya, saya memang bercita-cita ingin menjadi pakar bahagian O&G. Minat yang mendalam terhadap bidang ini, mungkin terbit dari rasa insaf apabila melihat kepayahan seorang ibu melahirkan seorang zuriat ke dunia ini, melihat wajah suci seorang bayi, dan juga bidang ini dapat  membantu wanita-wanita yang mengalami masalah ketidaksuburan dan penyakit-penyakit wanita yang lain.

Suami yang kurang setuju, meminta saya mencuba dahulu bidang ini di Malaysia, kerana situasi dan suasana pastinya tidak sama dengan di luar negara. 2 minggu pertama, saya perlu menjalani "tagging" atau "mengekori" doktor houseman yang sudah agak senior, untuk saya belajar bidang tugas seorang doktor houseman. Setiap hari, tugas bermula seawal jam 7 pagi, hinggalah ke pukul 11 malam, setiap hari selama 14 hari. Saya yang mempunyai anak kecil, Fatimah baru berusia 3 bulan dan masih menyusu badan sepenuhnya, merupakan cabaran paling besar saya. Bidang tugas yang terlalu sibuk, hingga sukar untuk saya mencari masa senggang untuk makan, apatah lagi untuk mengepam susu. Adakalanya suami membawa anak ke hospital untuk disusukan kerana apabila pulang ke rumah, Fatimah sudah tidur. Hampir setiap hari semasa tempoh "tagging" itu, pada jam 3 petang, saya akan mencari-cari bilik bersalin yang kosong, untuk saya menangis kerana terlalu rindu kepada anak saya yang masih bayi itu. Jururawat juga sedia maklum, andai saya masuk kerja semula dengan mata yang bengkak dan wajah yang basah dek airmata, tiada yang bertanya, kerana mereka tahu latar belakang saya. Mujur ada juga sesetengah medical officer yang baik dan bertimbang rasa, membenarkan saya untuk diberi "break" selama setengah jam untuk saya mengepam susu.


Suami saya akan membawa baby Fatimah ke hospital pada jam 6 petang, untuk membolehkan saya menyusukan Fatimah semasa oncall. 

Suatu hari, selepas selesai tempoh "tagging", semasa oncall saya berbual dengan salah seorang medical officer di sana. Namanya Dr Goh Huai Yee. Masih ingat saya akan namanya, kerana beliau salah seorang medical officer yang sangat baik dan sentiasa "cool". Beliau bertanya bidang apakah yang saya minati. Saya menjawab "O&G, tetapi suami saya kurang setuju. Beliau minta saya pilih yang kedua saya minati itu oftalmologi (kepakaran mata)". Beliau memandang saya dan berkata, " Aisyah, kalau saya diberi pilihan, saya juga akan pilih oftalmologi. Saya bertahan kerana saya sudah terlalu lama dalam bidang ini. " Saya agak terkejut dengan ulasan beliau, tetapi apabila beliau menyambung, " you will have a better life in ophthalmology, with passive oncall etc", saya terpaksa bersetuju. Itu hakikatnya. Hingga hari ini, saya sangat hormat dan kagum dengan teman-teman yang bekerja dalam bidang O&G yang sangat mencabar. Dan hingga hari ini juga, saya berterima kasih dengan Dr Goh dan suami saya yang meminta saya memilih oftalmologi. Kerana ternyata saya tidak sekuat yang saya sangka. 

Realisation dawned on me on the Eve of Eiduladha that year. Saya terpaksa oncall pada malam hari raya Qurban, dan malam itu sangat ramai pesakit yang bersalin. Seingat saya ada 4 atau 5 orang yang terpaksa dibedah malam itu. Alhamdulillah juga saya oncall bersama Dr Goh. 

Jam 5.30 pagi, kami melangkah keluar dari dewan bedah setelah selesai satu pembedahan caesarean. Kami yang tidak makan apa-apa dari jam 5 petang semalam dan tidak tidur langsung malam itu, melangkah lesu. Dr Goh tersenyum kepada saya dan bertanya, "So Aisyah, do you still want to do O&G?". Belum sempat saya menjawab, terdengar sayup dari masjid, takbir raya. Airmata saya bergenang teringatkan, inilah hari raya qurban anak saya yang pertama, tetapi saya tidak dapat meraikan dengannya. Pantas saya menjawab pertanyaan Dr Goh, " I don't think so". Dr Goh yang baik hati, melepaskan saya untuk berehat seketika, sebelum bermula ward round pagi. Agaknya kasihan melihat keadaan saya yang tidak terurus lagi. 

That was the moment I realised that I am not that strong. I thought I can, but I must admit my limitation. I told myself, "this is not the way I want my life to be. Not to be in the hospital on the eve of eid".

Pagi itu, ward round saya memang berkecamuk. Saya terlalu letih untuk berfikir. Mujur selepas solat sunat aidiladha, suami saya yang ketika itu juga houseman di O&G, datang membantu saya. Masih saya ingat lagi, beliau datang ke wad saya dengan baju Melayu & berseluar slack. Ketika itu jam 9 pagi, dan saya masih belum membuat satu pun surat keluar wad atau discharge summary pesakit. Suami saya meminta saya berehat di kerusi di sisinya, dan beliau mula menaip surat-surat pesakit. Saya tertidur dan hanya terjaga 2 jam kemudian, apabila suami saya selesai melakukan semua tugas-tugas wad yang saya patut lakukan. Alhamdulillah bersyukurnya saya ketika itu, mempunyai suami seorang doktor juga. 

Tiba di rumah, saya sambung tidur hingga ke tengahari. Jam 1 tengahari suami mengejutkan saya, dan bertanya, " Kita nak makan apa ya, untuk makan tengahari?". Masih ingat lagi saya jawab, "sushi". Bila dikenang, lucu juga makan sushi pada hari raya. Kami keluar ke Jusco petang itu, bersama Fatimah yang kegirangan dapat bersama Umminya setelah hampir 2 hari tidak berjumpa.

****************************************************

Begitulah kisah 3 Aidiladha saya yang berbeza. 
Aidiladha semasa masih belajar dan masih bujang. 
Aidiladha sebagai isteri orang yang sedang hamil. 
Dan Aidiladha sebagai seorang houseman dan seorang ibu. 

PENGORBANAN itu ada pelbagai erti. 

Berkorban seketika untuk kesenangan kemudian hari.

Berkorban sedikit sakit dan kesusahan demi melahirkan seorang zuriat buat sang suami.

Berkorban sebuah cita-cita atas dasar menyedari diri ini bukan seorang "superwoman" yang serba boleh dari segenap segi. (Again, my utmost respect & gratitude to all the superwomen out there especially those in O&G)

Namun saya kira pengorbanan itu sangat sedikit berbanding, setia seorang isteri bernama Siti Hajar, melepaskan suaminya Nabi Ibrahim untuk menyembelih anaknya Nabi Ismail, atas dasar kepatuhan dan ketaatan kepada perintah Ilahi. 

Allahu Akbar.. Allahu Akbar.. Allahu Akbar, walillahilhamd... 

Semoga setiap Aidiladha kita, dapat menjadi peluang untuk kita merefleksi diri, sejauh mana setiap yang kita lakukan di muka bumi Allah ini adalah dalam melakukan perbuatan yang diredhai...

Muhasabah diri, melihat sejauh mana setiap perbuatan dan pekerjaan kita itu adalah untuk mengejar syurga Allah yang hakiki...

Allahu Alam....